Minggu, 24 April 2011

Ujian Orang Beriman

Dalam hidup ini seringkali kita dihadapkan pada masalah. Problematika kehidupan selalu menghadang siapa saja tanpa memandang batas usia dan jenis kelamin maupun status sosial. Bayi yang baru lahir pun bisa saja memiliki masalah tanpa meminta persetujuan dari kedua orang tuanya. Ada orang yang memilki banyak harta dengan segudang kekayaan dimilikinya. Rumah mewah, kendaraan dan perusahaan dimilikinya, namun apa yang kelihatan dimata sesungguhnya tidak sama dengan kenyataan sebenarnya. Orang kaya pun tidak ada jaminan terbebas dari masalah. Baik masalah dalam rumah tangganya atau masalah dalam perusahaan yang dipimpinnya. Begitu juga orang miskin tidak juga lepas dari masalah, yaitu masalah kekurangan harta, kurang makan, kurang gizi dan lain sebagainya.

Pendek kata semua orang pasti memilki masalah. Baik itu masalah dengan keuangan, kesehatan, kehidupan rumah tangga, kemiskinan, kekayaan, dan masih banyak lagi segudang masalah-masalah dalam kehidupan manusia. Setiap orang tidak dapat menghindar dari masalah, semua mesti dihadapi. Kita tidak dapat lari dari masalah, karena kemanapun kita pergi pasti akan menjumpai masalah-masalah. Jika satu masalah selesai maka akan datang masalah yang lain.

Masalah-masalah dalam hidup ini memiliki kadarnya masing-masing. Ada orang yang ditimpa dengan masalah yang begitu berat, sehingga mampu melumpuhkan kesadarannya, jiwa terguncang dan syaraf logikanya terputus sehingga menyebabkan gila. Begitu berat beban dirasakan sehingga hidup ini serasa menjadi gelap, bahkan banyak orang yang memutuskan mengakhiri hidupnya karena tak kuasa ia menahan beban hidup.

Ada orang miskin yang gelisah dengan kemiskinannya. Takut tidak bisa makan, takut tak mampu menyekolahkan anak-anaknya dan ketakutan-ketakutan yang lain. Dia hidup dalam kecemasan sehingga jika imannya lemah maka dia akan berbuat apa saja demi mempertahankan hidupnya. Jalan harampun bisa ditempuhnya dengan alasan untuk bisa makan. Karena kurang sabar dalam menghadapi cobaan kemiskinan yang dia hadapi maka dia tergoda untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji.

Ada juga orang kaya yang selalu dipusingkan dengan harta kekayaannya. Dia gelisah karena takut hartanya dirampas orang, takut kena bencana alam, takut rugi, takut ditipu orang dan lain sebagainya. Hingga harta nya menjadi penyebab segala masalah dalam hidupnya. Orang-orang seperti ini adalah orang yang begitu cintanya kepada harta bendanya. Hingga ada orang yang membawa harta bendanya ke dalam liang kuburnya saat mati. Naudzubillah.

Ada pula orang-orang yang memiliki masalah karena ditimpa musibah bencana alam. Rumahnya hancur tak tersisa dan keluarganya mati tertimpa bencana. Begitu berat dirasakan musibah yang menimpa hingga tangis dan derai air mata hingga histeris karena hati tak siap dengan kedatangan musibah yang diluar dugaan. Pendek kata setiap masalah pasti dan pasti akan menimpa kita betapapun kadarnya.

Berat dan ringan masalah tersebut, kita mesti hadapi. Sebelum masalah datang yang mesti kita siapkan adalah mental dan jiwa kita agar kita mampu menghadapinya. Kadang masalah yang datang kepada kita dikarenakan kecerobohan kita sendiri dalam membuat satu keputusan dalam hidup ini. Kekurang hati-hatian dalam menentukan pilihan seringkali mendatangkan masalah buat kita. Perlu sekali bagi kita untuk menyandarkan diri kita kepada agama dalam melangkahkan kaki kita, agar masalah yang kita hadapi tidak menimpa kita terlalu berat.

Ujian Bagi Setiap Mukmin

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Allah SWT. berfirman, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?"                             Al ‘Ankabuut ( 29 ) : 2

Pada dasarnya setiap masalah yang menimpa kita adalah ujian bagi diri kita. Bagi seorang mukmin maka ujian akan datang silih berganti. Ujian yang datang adalah untuk membuktikan keimanan kita kepada Allah. Apakah kita masih berharap kepada Allah dan tetap berpegang teguh kepada agama ataukah kita akan lari dan berpaling dari Allah SWT. Jadi mustahil orang orang yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah akan hidup di dunia tanpa adanya ujian yang datang dari Allah Swt.  Semakin tinggi iman seseorang maka akan semakin tinggi derajat ujian yang Allah timpakan. Sukses dan tidaknya orang yang lulus dari ujian Allah adalah bukan jalan penyelesaiannya. Orang yang sukses dalam ujian Allah adalah orang yang masih mempertahankan iman dan keyakinannya walau kadang penyelesaiannya seringkali datang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Namun dengan iman yang bersemat di dalam hati dan cara hidup yang masih sesuai dengan tuntunan agama menandakan kesuksesan dalam menghadapi ujian. Satu contoh saat kita mengalami kesulitan keuangan. Lalu kita menipu orang demi mengadakan kebutuhan keuangan kita, maka sebenarnya kita telah gagal dalam ujian Allah, walau dengan  menipu uang ada di tangan kita. Karena Allah tidak menghendaki kita menipu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi kita, sementara masih banyak cara lain yang halal agar Allah berikan rejeki kepada kita.

Untuk itu yang penting untuk kita pahami adalah dalam setiap masalah/kesulitan pasti dan pasti Allah kirim pula jalan penyelesaiannya. Sesuai dengan ayat-Nya :

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً       

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Al Insyirah ( 94 ) :  5-6

 Kita mesti pahami bahwa jalan penyelesaian ujian itu datang daripada Allah SWT. Jalan penyelesaian tidak datang dari keinginan dan kemauan kita sendiri. Allah telah tentukan masalah kepada kita dan Allah pula yang kirim penyelesaiannya. Kadang cara penyelesaiannya tidak seperti apa yang kita harapkan. Tugas kita hanyalah berusaha, kemudian pasrahkan sepenuhnya setiap masalah kita kepada yang menggenggam jiwa kita, Allah SWT.  Kita buat doa dan usaha. Usaha yang kita kerjakan mesti kita kerjakan dengan sungguh-sungguh. Begitu pula doa yang kita panjatkan mesti kita kerjakan dengan sunggguh-sungguh. Allah sangat senang kepada hamba-Nya yang datang dengan penuh harap dan kesungguhan di pangkuan-Nya. Ulama beri tahu jika kita tertimpa masalah jangan sekali-kali ceritakan kepada selain Allah. Kita ceritakan setiap kesulitan yang menimpa kita hanya kepada Allah SWT. Karena hanya Allah Swt. yang mampu menyelesaikan masalah kita hingga tuntas. Diluar Allah Swt. tak mampu sedikitpun mengangkat kesulitan-kesulitan dan derita kita.

Yang terpenting juga adalah bekal ketaqwaan yang mesti kita miliki dalam menghadapi ujian Allah. Dengan Taqwa akan mendatangkan kemudahan demi kemudahan. Dengan ketaqwaan kita kepada Allah maka Allah akan bantu segala urusan kita. Dengan Taqwa rejeki dan pertolongan Allah akan Allah berikan kepada kita.

يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ 
حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." At Thalaq ( 65 ) :  2 – 3

Hidup ini cuma sekali. Dalam hidup ini kita tidak boleh gagal. Siapakah yang gagal dalam hidup ini? Orang yang gagal dalam hidup adalah orang yang ketika mati tidak membawa iman dan amal shaleh sebagai bekal. Allah telah beri contoh orang-orang yang gagal dalam hidup ini. Fir’aun, Namruz, Qarun, Hamman, Abu Lahab, Abu Jahal, Kan’an adalah orang-orang yang gagal dalam hidup yang Allah ceritakan dalam Al Qur’an. Karena hidup cuma sekali maka kita tidak boleh main-main dalam hidup ini. Hidup ini bukan seperti kita bersekolah di sebuah lembaga pendidikan yang jika kita gagal dalam ujian maka kita bisa mengulang kembali.  Maka dari itu setiap ujian dalam hidup mesti kita sandarkan pada agama dan bagaimana cara Allah menentukan hidup kita ini. Allah telah beri kabar kepada kita petunjuk cara hidup yang di bawa oleh para nabi. Nabi-nabi telah ajarkan kepada kita bagaimana kita mestinya mengarungi hidup ini. Karena hidup ini cuma sementara saja. Hanya 60 hingga 70 tahun saja kita hidup. Namun hidup yang sementara ini sangat menentukan bagaimana nasib kita di akhirat kelak. Untuk itu kita mesti contoh orang-orang yang telah sukses dalam hidup ini. Para nabi, sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan orang-orang shaleh jaman dulu adalah orang yang telah sukses mengarungi samudera kehidupan yang sementara.                                                           Jika kita ingin mencontoh orang-orang yang sukses dalam hidup maka lihatlah orang-orang dulu. Orang-orang yang telah mati yang telah Allah sebutkan dalam Alquran dan kitab-kitab hadits. Merekalah orang-orang yang telah sukses besar dalam hidup ini, hingga keridhaan Allah ada pada mereka.

Mereka adalah orang-orang yang mesti kita teladani. Mereka pun sama seperti kita. Mereka memiliki banyak masalah dalam hidup ini. Mereka adalah orang-orang yang telah mengalami kesusahan demi kesusahan dalam  menjalani ujian yang datang daripada Allah Swt.  Namun dengan bekal iman dan taqwa yang mereka miliki maka Allah telah kirimkan bantuan kepada mereka. Kesuksesan mereka dalam hidup adalah bagaimana menggunakan harta, wkatu dan diri mereka hanya untuk Allah dan agama. Sehingga atas pengorbanan mereka Allah telah bayar mereka dengan kebahagiaan dan kesuksesan hidup di dunia bahkan di Akhirat yang kekal abadi. Merekalah para sahabat nabi, Abu Bakar As Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Abi Waqash, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Bilal bin Rabbah, Khalid bin Walid, Usamah bin Zaid, Amr bin Ash, dan seluruh sahabat nabi telah mendapatkan sebesar-besarnya keridhaan Allah. Inilah tanda suksesnya kehidupan yang paling hakiki. Sehingga kehidupan mereka telah Allah sebut-sebut dalam Al Quran. Allah bangga pada mereka, sehingga Allah menghendaki kita untuk mencontoh jalan dan cara hidup mereka radhialllaahu ‘anhum.

Penghapus Dosa

Bagi seorang mukmin setiap persoalan yang datang juga merupakan penghapus dosa. Karena setiap insan yang beriman kepada Allah memiliki banyak kelemahan. Saat iman lemah maka akan mudah bagi kita terseret pada perbuatan dosa, baik itu yang disadari maupun tidak disadari. Dosa karena perbuatan-perbuatan maksiat yang kita lakukan mesti dibayar dan dihapus. Untuk menghapus dosa-dosa tersebut maka Allah kirim kesusahan-keusahan kepada kita. Misalnya, seseorang yang menderita sakit yang parah bisa jadi karena disebabkan dosa-dosa yang telah diperbuat selama menjalani kehidupan ini. Sakit yang kita derita adalah kaffarah atau penggugur dosa-dosa kita. Karena itu kita mesti sabar menjalaninya. Yang terpenting adalah selama dalam keadaan sakit bagaimana hati kita senantiasa kita pasrahkan kepada Allah. Kesembuhan bukanlah tanda susksesnya orang yang lulus dalam ujian Allah. Sukses tidak nya kita ketika sakit adalah bagaimana ketika sakit kita senantiasa ingat Allah dan tetap menjalankan perintah-perintah Allah. Banyak orang yang dalam keadaan sakit malah justru meninggalkan perintah-perintah Allah. Memang Allah memberikan keringanan dalam mentaati-Nya dalam keadaaan kita sakit. Namun bukan berarti keringanan-keringanan yang Allah berikan menandakan kita boleh meninggalkannya sama sekali. Sebagai contoh perintah shalat dapat dilakukan oleh si penderita sakit separah apapun, walau dengan isyarat mata sekalipun.

Dalam keadaan sakit hendaknya kita ikhlas menjalaninya dan jangan mengeluh, mengumpat dan mengharap kepada selain Allah.  Dengan sakit yang Allah berikan, Allah akan memberikan pahala sabar kepada kita. Kesabaran yang kita miliki ketika kita menghadapi ujian sakit akan dilunasi oleh Allah dengan surga. Begitu sayangnya Allah pada kita sehingga Allah memberikan surga dengan sakit yang kita derita asal kita sabar menjalaninya.                                                                                                                  Nabi Ayyub ‘alaihimussalam adalah contoh orang yang sukses besar atas ujian sakit yang diberikan kepadanya. Bahkan dalam keadaan sakit kulit yang luar biasa, beliau nabi Ayyub tetap bersandar dan berharap kepada Allah. Beliau tidak terkesan kepada sakit yang diderita. Hingga dikatakan dalam riwayat jika ulat-ulat yang ada ditubuhnya jatuh maka nabi Ayyub ‘alaihimussalam akan meletakkan kembali ulat-ulat tersebut ketubuhnya. Beliau hanya terkesan kepada perintah-perintah Allah. Bagaimana menyenangkan Allah dalam keadaan sakit. Begitu hebatnya kisah nabi Ayyub ini sehingga Allah ceritakan di dalam Al Quran, supaya kita dapat meneladani kesabarannya.

وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثاً فَاضْرِب بِّهِ وَلَا تَحْنَثْ إِنَّا وَجَدْنَاهُ 

صَابِراً نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpahSesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat ta’at (kepada Tuhan-nya)"              Shaad ( 38 )   : 44

Rasulullah saw bersabda, "Seorang mukmin dilanda sakit sebab perintah Allah Ta’ala kepada empat malikat untuk bertindak atasnya. malaikat pertama diperintah untuk renggut kekuatan mukmin tersebut, hingga rasakan lemah. Malaikat ke dua diperintah untuk renggut rasa lezat atas makanan dari lidah si mukmin. Malaikat ke tiga diperintah untuk renggut nur, cahaya, wajah mukmin, hingga pucatlah wajahnya. Malaikat ke empat diperintah untuk renggutkan dosa-dosa mukmin tersebut, sampai dosanya bersih. Bila Allah kehendaki hamba mukmin itu sembuh, maka Dia utus lagi malaikat berempat tadi Kekuatan si mukmin yang telah malaikat pertama renggut, Allah perintahkan malaikat tersebut untuk mengembalikan, mukmin pun memiliki kekuatan kembali. Rasa lezat si mukmin atas makanan yang telah malaikat ke dua renggut, Allah perintahkan malaikat tersebut untuk mengembalikan, lidah si mukmin pun rasakan kelezatan makanan kembali. Cahaya yang telah malaikat ke tiga renggut, Allah perintahkan malaikat tersebut untuk menyalakan, wajah mukmin pun bercahaya kembali. Namun, Allah tidak perintahkan malaikat ke empat, yang telah menarik dosa-dosa mukmin, agar dosa-dosa si mukmin dikembalikan. Berempat malaikat itu bersujud. Ya Allah. Kami berempat ini malaikat yang mentaati perintah-perintah-Mu. Engkau telah perintahkan kepada kami bertiga untuk kembalikan semua yang telah kami renggut. Lalu, mengapa malaikat ke empat tidak Engkau perintahkan agar kembalikan dosa-dosa yang dia ambil dari mukmin itu? Allah berfirman, "Tidaklah pantas bagi kemuliaan-Ku, jika Aku perintahkan kau kembalikan dosa-dosa hamba-Ku setelah Aku mempayahkannya dengan sakit." Malaikat ke empat taati perintah-Nya, "Ya Allah. Apa yang mesti kulakukan dengan dosa-dosanya itu?" Allah berfirman, "Bawalah ke laut. Buanglah dosa-dosa mukmin hamba-Ku itu!" Malaikat ke empat melesat ke laut, membuang dosa-dosa mukmin yang ikhlas ditimpa sakit tersebut. Jika mukmin sakit penuh ikhlas hingga meninggal, ia wafat dalam keadaan bersih dari dosa-dosa. Rasulullah saw pun bersabda: "Sakit panas sehari semalam hapus dosa setahun hamba mukmin."

Berikut ada satu kisah mengenai seorang lelaki Bani Israil pada jaman nabi Musa ‘alaihimussalam. 

Masa sebelum periode nabi Muhammad saw, Allah sering timpakan murka kepada manusia atau umat yang ingkar dan melanggar hukum-Nya. Di zaman nabi Musa ada lelaki Bani Israil sangat fasiq. Bagi sesamanya dirinya mendatangkan madlarat, pendosa yang dibenci dan sepanjang kehidupannya dipenuhi maksiat melanggar hukum-hukum Allah. Allah berfirman kepada nabi Musa as,"Sesungguhnya di antara Bani Israil ada lelaki sangat fasiq. Halaukan dia dari tanah airnya biar api neraka tidak menjamah kaumnya yang taat.!" Nabi Musa as mentaati firman Allah, beliau datangi lelaki fasiq. Karena diperintah nabi Musa as, yang sangat disegani di kalangan Bani Israil, lelaki fasiq tidak berkutik. Ia angkat kaki dari tanah airnya. Ia pindah ke negeri jiran dan mukim di sana. Ternyata Allah masih perintahkan nabi Musa as agar mengusirnya dari negeri yang dihuni umat yang taat jalankan syariat.

Nabi Musa as datangi lagi lelaki fasiq, mengusir untuk ke dua kalinya. Lelaki usiran ini tinggalkan negeri mukimnya berjalan menuju tanah baru antah tak berantah. Ia terus berjalan. Menyusuri gurun demi gurun kerontang, tiada teman tiada naungan. Nasib usiran, hidup terkucilkan sendirian. Murung. Dengan hidup pahit, suatu hari ia jatuh sakit. Tubuhnya terkulai rebah di pepasiran.

Dalam deraan sakit ia meratap kepada Tuhan, "Ya Allah. Andai ibuku ada di sini, pasti ia mengasihi dan tangisi deritaku ini. Andai ayahku ada di sini, tentu ia akan menolong deritaku ini. Andai istriku di sisiku sini, niscaya ia menangis karena aku mati. Andai anak-anakku ada di sini, tentu mereka ratapi mayitku ini. Niscaya mereka berdoa: "Ya Allah. Ampuni ayah kami yang terkucil ini. Yang sekarat, jahat lagi terlaknat. Terusir dari negerinya sendiri dan menumpang mukim di negeri jiran. Terus terusir lagi ke gurun pasir terkucil. Ia yang menutup  usia dengan merana, terlunta dan putus asa dari segala sesuatu kecuali dari rahmat-Mu." "Ya Allah. Engkau telah bakar hatiku, sebab terceraikanku dari mereka, janganlah Engkau hanguskan diriku lagi dengan neraka-Mu, sebab dosa-dosaku." Allah, Dzat Yang Memiliki Rencana, mengutus satu bidadari, menyaru wujud ibunya. Bidadari satu lagi, menyaru wujud istrinya. Beberapa bidadara surga, menyaru wujud anak-anaknya. Satu malaikat, menyaru wujud ayahnya. Kesemuanya, berderai tangis, duduk mengelilingi lelaki fasiq hingga legalah hatinya. Lelaki sekarat itu berdoa, "Ya Allah. Ternyata Engkau tidak memutus diriku dari rahmat-Mu. Sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. " Ia hembuskan nafas terakhir hidupnya, wafat dalam keadaan suci, dosa-dosanya terbersihkan.

Allah berfirman kepada nabi Musa as, "Wahai Musa. Berangkatlah engkau ke gurun pasir, di sana. Ada salah satu Kekasih-Ku yang wafat. Mandikan, kafani, shalatkan dan kuburkan jenazahnya." Nabi Musa as pergi ke gurun pasir ganas itu dan temukan jenazah seseorang. Sama sekali tidak asing, mayit ini tidak lain lelaki fasiq yang dulu terusirkan. Beberapa bidadari tampak masih menangisi. Nabi Musa as bermunajat, "Ya Allah. Engkau perintahkanku datangi seorang kekasih-Mu yang wafat. Sungguh hamba belum asing, mayit ini lelaki fasiq yang Engkau perintahkan agar hamba mengusirnya." Allah berfirman, "Benar, Musa. Ketahuilah, Aku telah mengasihi dan mengampuni dirinya berkat kepedihannya selama ia sakit. Terpisah dari orang tua, anak-anak serta istrinya. Dan Aku telah kirim malaikat, bidadari dan bidadara surga yang tangisi sakit dan derita kehilangan dan keterasingannya. Saat ia wafat, menangislah para penghuni langit dan bumi karena kasih kepadanya. Bagaimana Aku tidak mengasihinya, sedang Aku ini Dzat Yang Maha Pengasih?"

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar