Senin, 20 Februari 2012

Kemiripan e-KTP dengan Program RFID Chip Yahudi



e-KTP atau Elektronic-Kartu Tanda Penduduk merupakan Kartu Tanda Penduduk yang di buat secara elektronik, dalam artian baik dari segi fisik maupun penggunaan berfungsi secara komputerisasi. e-KTP didesain dengan metode autentikasi dan pengamanan data tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan menanamkan chip di dalam kartu yang memiliki kemampuan autentikasi, enkripsi dan tanda tangan digital.
Tentu yang mengusik nurani kita adalah bahwa e-KTP sangat bersinggungan dengan privasi kita. Dengan adanya chip di dalam e-KTP, tiap warga Negara bisa diawasi begitu ketat, baik keberadaannya maupun gerak-geriknya. Terlebih kini sudah lahir UU Intelijen sebagai otoritas penguat untuk mengintai daya kritisme masyarakyat.
Tentu kita harus sadar, selain terkait masalah kependudukan, penerapan e-KTP tidak terlepas dari isu terorisme yang melanda bangsa ini. Bayangkan dalam tahap pembuatan e-KTP, tiap warga negara harus melalui proses berlapis.
Selain difoto, kita juga harus membubuhkan tanda tangan secara digital, mencap sidik jari (10 jari), memverifikasi sidik jari, dan terakhir kita juga diharuskan melakukan verifikasi tanda tangan digital. Bahkan selain itu, tiap pembuat e-KTP diharuskan melakukan perekaman iris mata. Tentu kita bertanya-tanya apa maksud dari ini semua. Dan kita tidak tahu fungsi sejati dari sebuah ‘perekaman iris mata’. Mari kita berdoa, semoga kita terlindung dari motif yang tidak-tidak.
Tanpa bermaksud melakukan generalisasi secara menyeluruh, namun salah satu yang mengusik pikiran saya selama ini ialan kemiripan e-KTP beserta chip di dalamnya dengan program The RFID Chip 666 sebagai alat kontrol zionisme yang dimasukkan ke dalam permukaan kulit manusia. (Silahkan anda lihat videonya dihttp://www.youtube.com/watch?v=QA5ng9EN0DA)
Dasar pengembangan RFID untuk manusia adalah sebuah sistem yang disebut SmartCard yang memiliki microchip lithium yang berfungsi membaca data riwayat seseorang yang berhubungan secara elektronik ke pusat data pemerintah seperti informasi kesehatan, data pajak, dan jumlah tabungan serta identitas pribadi lainnya
Tujuannya sederhana, Zionis ingin melakukan kontrolisasi dan pendataan pergerakan manusia-manusia yang telah mereka incar. Dengan dimasukkannya chip ke dalam tubuh manusia, hal itu akan memudahkan mereka untuk memastikan target yang mereka incar berada dalam sebuah pengawasan “Sang mata satu”.
RFID sendiri atau Radio Frequency Identification digunakan untuk menyimpan atau menerima data secara jarak jauh dengan menggunakan suatu piranti yang bernama RFID tag atau transponder. RFID tag adalah sebuah benda kecil (sebesar biji beras) yang dapat ditempelkan pada suatu barang atau produk. Hebatnya meski kecil, RFID tag berisi antena yang memungkinkan mereka untuk menerima dan merespon terhadap suatu query (semacam kemampuan untuk menampilkan suatu data dari database) yang dipancarkan oleh suatu RFID transceiver.
Sejarah ini bermula ketika tahun 1946, Léon Theremin menemukan alat mata-mata untuk pemerintah Uni Soviet yang dapat memancarkan kembali gelombang radio dengan informasi suara. Gelombang suara ini kemudian memodulasi frekuensi radio yang terpantul. Walaupun alat ini adalah sebuah alat pendengar mata-mata yang pasif dan bukan sebuah kartu/label identitas, alat ini diakui sebagai benda pertama dan salah satu nenek-moyang teknologi RFID.
Beberapa publikasi menyatakan bahwa teknologi yang digunakan RFID telah ada semenjak awal era 1920-an, sementara beberapa sumber lainnya menyatakan bahwa sistem RFID baru muncul sekitar akhir era 1960-an.Rupanya alasan dibalik pembuatan tekhnologi canggih ini tidak terlepas dari doktrin teologis 666 di bible. Dalam surat wahtu 13: 16-18 dijelaskan.
“dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya. Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam." (Lebih jauh silahkan anda baca http://www.tldm.org/news4/markofthebeast.htm)
Lantas apa yang membahayakan dari program chip ini? Tidak lain adalah sebuah perangkat yang bisa memanipulasi manusia dari mulai emosi, mental, sekaligus fisik. Dalam program zionis, inilah yang biasa kita kenal sebagai mindcontrol.
Amerika Serikat sendiri sebagai pemerintahan Zionis, sudah mempersiapkan pemberlakukan RFID Chip kepada para warganya sebagai antisipasi dari tindakan terrorisme yang menyerang negaranya. Bahkan di Spanyol Baja Beach Club, sebuah klub malam eksklusif di Barcelona, sejak tahun 2004 sudah menanamkan Chip sebagai prasyarat untuk menjadi pelanggan VIP dengan dalih keperluan identifikasi.
Dan saya sungguh khawatir bahwa e-KTP adalah cikal bakal dari pemberlakuan RFID Chip 666, terlebih dalam e-KTP ada sebuah chip yang berisi data-data yang sama seperti tercantum di tampilan muka kartu identitas, alamat kontak pemilik kartu, sertifikat serta data kunci pemilik kartu yang tersimpan dalam database milik negara (http://pedomannews.com/ Kamis, 30 Juni 2011)
Dan Saat ini e-KTP telah mulai meluas digunakan di hampir seluruh negara anggota Uni Eropa dan beberapa negara Asia seperti China dan India. Akankah ini betul-betul menuju sebuah tatanan yang satu, maksud yang satu, dan arah yang satu yakni sebuah tatanan dunia baru yang lazim disebut New Wolrd Order. Kita harus jeli dan terus waspada. Awasi terus program e-KTP. Allahua'lam. (Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi)

ESQ dan New Age Movement


New Age Movement (NAM) saat ini tengah menjadi tren di seluruh dunia. Pelatihan-pelatihan bernuansa Spiritual pun kemudian hadir di tengah masyarakat untuk melepaskan dahaga spiritual masyarakat dalam era modernitas seperti sekarang ini. Akan tetapi, tak jarang konsep, ide, dan gagasan yang mereka tawarkan hanya sekedar ayatisasi dan jauh dari penjelasan Islam yang sesungguhnya. Karenanya, tahun lalu salah satu model spiritual yang membawa-bawa nama Islam dalam formah pelatihan Spiritualitas dinyatakan sesat oleh salah satu mufti di Malaysia.
Seperti dikutip di Wikipedia, New Age Movement (NAM) sendiri adalah gerakan spiritual non-agama Barat yang berkembang pada paruh kedua abad ke-20. Fokus utamanya berkisar pada penyatuan dunia Timur dan Barat dalam ritus spiritual metafisik semata. Upaya ini gencar dilakukan untuk merubah kepribadian para pengikutnya lewat pengaruh self-help, psikologi motivasi, kesehatan holistik, parapsikologi, penelitian kesadaran dan fisika kuantum. Mereka menganggaphal ini bertujuan untuk menciptakan spiritualitas tanpa batas atau dogma yang lebih inklusif dan pluralistik dalam kehidupan.
Yang menarik adalah di paragraf terakhir Wikipedia menulis, “The New Age movement includes elements of older spiritual and religious traditions ranging from atheism and monotheism through classical pantheism, naturalistic pantheism, and panentheism to polytheism combined with science and Gaia philosophy; particularly archaeoastronomy, astronomy, ecology, environmentalism, the Gaia hypothesis, psychology, and physics. New Age practices and philosophies sometimes draw inspiration from major world religions: Buddhism, Taoism, Chinese folk religion, Christianity, Hinduism, Islam, Judaism, Sikhism; with strong influences from East Asian religions, Gnosticism, Neopaganism, New Thought, Spiritualism, Theosophy, Universalism, and Western esotericism. The term New Age refers to the coming astrological Age of Aquarius”
Pada titik inilah, karakteristik dari NAM terbuka lebar. Ia rupanya tidak lebih dari pengejawantahan dunia kemusyrikan, paganisme, dan theosofi sebagai prinsip dasar pergerakan. Titik tekan mereka adalah pluralisme agama. Karenanya, pelatihan NAM banyak dibanjiri peserta yang tidak terikat pada satu agama. Masalahnya, orang-orang non Muslim itu bukan didakwahi akan kebenaran Islam, yang terjadi adalah adanya klaim kebenaran masing-masing individu yang berdasarkan kepada kebenaran suara hati dengan dalih fitrah. Karena manusia diciptakan membawa fitran kebenaran, mereka menganggap entah Yahudi, Konghucu, Budha, hingga Atheis sekalipun memiliki suara hati yang sama pula. Padahal Islam tidak berhenti di fitrah tapi juga Iman.
Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim patut waspada bahwa gerakan ini hanyalah peralihan wujud dari ide-ide kabbalah kuno dan misi Yahudi yang berlindung di kedok pelatihan kepribadian, spiritualitas, melejitkan potensi dan apalah namanya. Bahkan Nancy Percy, seorang pengkaji worldview dari Philadhelphia Biblical University, dalam tulisannya, Modern Islam And The New Age Movement menyatakan bahwa gerakan NAM hanyalah ekspresi yang lebih baru dari kecenderungan lama untuk mengimpor panteisme Timur ke dalam budaya Barat, yang dimulai dengan doktrinasi Plotinus dan neo-Platonisme.
JN Findlay, seorang teolog Kristen, juga mengatakan demikian. Dalam tulisannya, Platonisme and Kabbalah Ia beranggapan bahwa pengaruh pemikiran filsafat Yunani, khususnya Plato dan Neoplatonisme, dalam perkembangan Kabbalah telah lama diakui. Sejumlah Kabbalis mencatat bahwa ada hubungan erat antara Kabbalah dan filsafat Platonis. Dan fakta menunjukkan Kabbalah adalah sumber tunggal untuk ide-ide Platonis dan Neoplatonis yang kemudian akan berubah warna dari gagasan ancient wisdom kepada apa yang kita kaji sekarang ini (baca: NAM).
Ajaran NAM memang memiliki pandangan yang sejalan dengan ide-ide Kabbalah, Filsafat Plato, neo Platonisme, hingga theosofi. Kita bisa mengerucutkan pada lima point tentang sifat sejati ajaran NAM sendiri yang berpijak pada lima elemen penting, yakni:
1. Monisme, keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada, merupakan derivasi (penjabaran) dari sumber tunggal devine energy. Pada tingkat tertentu dapat digabungkan menjadi kesatuan dari semuanya.
2. Pantheisme, yakni gagasan God is all and all is god, Allah adalah segala sesuatu dan segala sesuatu adalah allah. God within ourself atau Allah dalam diri kita. Bandingkan dengan God Spot ala Danah Zohar.
3. Reinkarnasi, keyakinan bahwa jiwa manusia kembali pada eksistensi jas-maniah berulangkali, hingga mencapai keadaaan terbaik dan tertinggi dari Great Oneness atau keesaan agung alam semesta.
4. Pencerahan, kepercayaan bahwa kita memiliki pengetahuan rahasia yang terkandung di alam bawah sadar kita. Sebagaimana disebutkan oleh Carl Gustave Jung, bawah sadar kolektif umat manusia memungkinkannya dapat memanipulasi energi dan zat [roh] dengan pikirannya, dan melaluinya dapat memperoleh kekayaan dan kesehatan.
5. Spiritisme, keyakinan bahwa ada roh-roh yang dapat dihubungi oleh orang-orang mati sehingga dapat memberi wawasan kepada seseorang mengenai etika dan makna kehidupan di bumi.
Jika kita sedikit mengulas secara melebar, Kristen adalah agama yang pertama kali ‘hancur’ akibat serangan NAM. Di Barat sendiri, pendeta, pengurus gereja, dan sebagian umat Kristiani sekarang memasang kuda-kuda untuk membentengi teologi mereka dari serbuan NAM. Mereka memasang situs-situsnya bersamaan dengan judul-judul seperti Bahaya NAM, The New Age and Kabbalah, New Age Movement and Christianity dan segala macamnya.
Mereka sadar bahwa selama ini instansi keagamaan Kristen hanya sibuk pada hal-hal ritual liturgis belaka, sekaligus mengabaikan sisi esensial Kristen yakni perjumpaan dengan Tuhan secara logis bukan doktriner. Inilah rupanya yang menjadi dalang dibalik invasi NAM masuk ke gereja-gereja mereka. Dampak ini bukan main memilukannya.
Banyak anak-anak muda Amerika dan Eropa saat ini lebih rajin pergi ke paranormal ketimbang sekolah minggu. Mereka-para remaja itu-mulai mempelajari tulisan-tulisan yang berkaitan dengan astrologi atau berguru di tempat sepi dan terpencil (esoterisme).
Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim harus jeli melihat pergerekan mereka yang akan menghabisi agama satu persatu, tidak terkecuali Islam. Di Islam sendiri, pelatihan-pelatihan Spiritualitas banyak sekali beredar. Ada yang memang betul-betul Syar’i karena ia langsung beritik tolak kepada Al Qur’an dan Sunnah dan dijelaskan Para Salafussoleh, namun ada pula yang jelas-jelas terinflitrasi gagasan NAM.
Lantas bagaimana dengan kasus ESQ? Saya sendiri tidak begitu yakin dengan konsep ini. Hal ini berdasarkan pengalaman saya mengikuti Training ESQ saat Generasi Emas Angkatan Pertama dibuka untuk para aktivis kampus. Disanalah, sejumlah tanda tanya banyak berkembang di pikiran saya.
ESQ sendiri sudah menuai banyak kritik. Apa saja dimasukkan asal mendukung gagasan ESQ, katakanlah seperti Husein Haikal (Penulis Liberal), Ali Syariati (Tokoh Syiah), Pastor Drijarkara (Katolik) dan lain sebagainya. Bahkan untuk menjelaskan Rukun Iman banyak dikutip justru pemikir-pemikir Barat.
Kita juga bisa dapati pemahaman menyimpang yang diyakini Ary Ginanjar Agustian. Sebagian orang menyebutnya sebagai paham, “Manunggaling kawula gusti” atau pantheisme yang memang kuat diajarkan di NAM. Pada halaman 10 alinea 2, buku ESQ, Ary Ginanjar menyatakan :
“Jawaban-jawaban dari suara hati tersebut adalah sama persis dengan sifat-sifat Allah yang terdapat di dalamAl Qur’an (Asmaul Husna) seperti Maha Penolong, Maha Pengasih, ……”.
Sedangkan di halaman 108, Ary Ginanjar menulis, “Ketika jiwa manusia mengangguk, mengakui Allah sebagai Tuhannya, maka saat itulah Sifatsifat Tuhan yang Suci dan Mulia, akan mengemuka dan memancar dalam God Spotnya, dan dari sinilah dasar pijakan kecerdasan spiritual bermula.”
Jelas ini adalah sebuah pemahaman keliru. Sebab jika kita merujuk kepada ayat-ayat di Al Qur’an, Allah memberikan penjelasan bahwa sebagai Sang Maha Pencipta, Ia tidak dapat disetarakan dengan siapapun.
“... Dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai (setara) denganNya”. (Al Ikhlas: 4)
“Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri yang berpasang-pasangan dan dari jenis binatang ternak yang berpasang-pasangan (pula), Dia jadikan kamu berkembangbiak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Asy Syura: 11).
Kritikan tajam kepada konsep ESQ Ary Ginanjar juga berlaku ketika model pelatihan ini terjebak pada pengangungan ide God-Spot. God Spot menjadi pilar penting ketika Ary Ginanjar menjelaskan konsep ESQ. Tak heran kata God Spot tersebar hampir di seluruh bagian buku, yakni halaman 59, 60, 64, 118, 121, 138, 153, 176, 202, 218, 241, 250, 258, 273, 301, 326, 331, dan 356.
Anda tahu asal muasal ide God Spot yang begitu diagungkan oleh pengusung NAM dan kemudian dipakai Ary Ginanjar dalam konsep ESQ nya? Tidak lain berasal dari penelitian yang menjadikan penederita epilepsy sebagai objeknya.
Ary Ginandjar sendiri mengutip beberapa hasil penelitian neurologist (dokter ahli saraf), antara lain dari V.S. Ramachandran. Penelitian Ramachandran yang menemukan “God spot” adalah penelitian terhadap aktivitas elektris pada salah satu bagian otak yang disebut lobus temporalis yang dikatakannya penting dalam pengalaman religius.
Ramachandran menyatakan bahwa berbagai studi telah jelas menunjukkan suatu hubungan antara pengalaman religius dengan epilepsy lobus temporalis. Pengalaman religius dan spiritual sangatlah kompleks, katanya pula, melibatkan emosi, pikiran, sensasi dan perilaku. Tapi para ilmuwan percaya bahwa pasien penderita epilepsy lobus temporalis yang menderita halusinasi religius dapat dijadikan sebagai sebuah model penting dalam menunjukkan bagaimana pengalaman religius tertentu mempengaruhi otak manusia.
Beberapa dekade lalu ada ilmuan Barat yang menulis bahwa Nabi Muhammad Saw menderita epilepsi. Karena dalam riwayat diceritakan keadaan Nabi Muhammad Saw bila sedang menerima wahyu, ada yang seperti mimpi saat tidur, ada yang tiba-tiba terdiam beberapa saat, dan ada yang gemetaran dan berkeringat seperti ketakutan. Kondisi-kondisi ini dinterpretasikannya sebagai suatu serangan epilepsi. Tulisan itu kemudian dibantah oleh ilmuwan Barat lainnya, yang mengatakan serangan epilepsi yang berulang-ulang dan tidak terkontrol akan menyebabkan penurunan fungsi berpikir, sedangkan Nabi Muhammad Saw makin sering menerima wahyu, makin meningkat kemampuannya. Wallahua’lam. (Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi)